Sunday, February 19, 2012

Sebuah Wilayah Terkutuk Di Jerman

Di Jerman ada sebuah desa yang dikenal sebagai "Wilayah Terkutuk". Hal ini disebabkan karena di setiap keluarga penghuni wilayah tersebut mengidap kanker.
Orang orang merasa takut untuk sekedar menginjakkan kaki di wilayah tersebut karena takut tertular.
 Wilayah terkutuk itu bernama Wewelsfleth yang terletak di dekat sungai Elbe, daerah sebelah barat laut Jerman.
Wilayah yang mempunyai populasi sekitar 1.500 penduduk itu memiliki tingkat penyebaran kanker 50% diatas rata- rata.
Yang lebih menyedihkan dari keadaan wilayah itu adalah pemerintah sepertinya mengabaikan penderitaan mereka tanpa alasan yang jelas. Keadaan penyebaran kanker  di Wewelsfleth  telah dilaporkan semenjak tahun 1998, dan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Fenomena kanker  di wilayah tersebut meliputi kanker payudara, rahim, paru-paru, lambung dan kerongkongan. Sebenarnya hal ini bukanlah suatu hal yang mengherankan terjadi di wilayah tersebut, karena disana terdapat tiga pembangkit tenaga nuklir. Dan disana juga terdapat sebuah galangan kapal tempat kapal-kapal di semprot dengan suatu bahan kimia yang sangat beracun.

Makanya cukup dimengerti apabila penduduk di wilayah itu merasa marah dan terus mengajukan tuntutan kepada pemerintah agar memperhatikan nasib mereka.
Adapun para ilmuwan yang menyelidiki masalah ini merasa kebingungan. Mereka menyelidiki pembangkit listrik nuklir dan galangan kapal termasuk gaya hidup para penderita kanker itu, namun para ilmuwan itu tetap tidak bisa menyimpulkan. Ada banyak fakta aneh yang ditemukan dalam penyebaran kanker tersebut dan tidak seperti halnya kankeryang sudah dikenal dalam dunia medis sekarang ini sehingga hal ini membuat para ilmuwan kebingungan.

Dengan begitu wilayah Wewelsfleth menjadi sebuah wilayah yang penuh misteri. Dan membuat wilayah ini lebih dikenal dengan wilayah terkutuk di Jerman.

1 comment:

  1. sumber tulisannya bisa di cantumkan bu? biar kita bisa crosscheck sumber aslinya. terima kasih
    keep writing ya :)

    ReplyDelete